Pengertian
Qurban
Setiap tanggal 10 Dzul
Hijjah, semua umat Islam yang tidak melaksanakan haji merayakan hari raya Idul
Adha. Pada hari itu, umat Islam sangat disunnahkan untuk berqurban dimana
mereka menyembelih hewan qurban untuk kemudian dibagi-bagikan kepada seluruh
umat Islam di suatu daerah. Lalu apakah sebenarnya Qurban itu? Dibawah ini akan
dijelaskan secara lengkap.
Qurban berasal dari
bahasa Arab, “Qurban” yang berarti dekat (قربان). Kurban dalam Islam juga disebut
dengan al-udhhiyyah dan adh-dhahiyyah yang
berarti binatang sembelihan, seperti unta, sapi (kerbau), dan kambing yang
disembelih pada hari raya Idul Adha dan hari-hari tasyriq sebagai bentuk
taqarrub atau mendekatkan diri kepada Allah.
Dalil
Disyari’atkannya Kurban
{فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ}
Maka
dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berkorbanlah. (Al-Kautsar: 2)
Yakni
sebagaimana Kami telah memberimu kebaikan yang banyak di duni adan akhirat,
antara lain ialah sebuah sungai yang sifat-sifatnya telah disebutkan di atas;
maka kerjakanlah salat fardu dan salat sunatmu dengan ikhlas karena Allah dan
juga dalam semua gerakmu. Sembahlah Dia semata, tiada sekutu bagi-Nya; dan
sembelihlah korbanmu dengan menyebut nama-Nya semata, tiada sekutu bagi-Nya.
Hal yang senada disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
“Dan telah Kami jadikan untuk kamu
unta-unta itu sebagai syiar Allah. Kamu banyak memperoleh kebaikan dari
padanya, maka sebutlah nama Allah ketika kamu menyembelihnya.” (Al-Hajj: 36).
Keutamaan
Ibadah Kurban
Dari Aisyah ra, Nabi saw bersabda, “Tidak
ada suatu amalan pun yang dilakukan oleh manusia pada hari raya Kurban yang
lebih dicintai Allah SWT dari menyembelih hewan Kurban. Sesungguhnya hewan
Kurban itu kelak pada hari kiamat akan datang beserta tanduk-tanduknya,
bulu-bulunya dan kuku-kukunya. Dan sesungguhnya sebelum darah Kurban itu
menyentuh tanah, ia (pahalanya) telah diterima di sisi Allah, maka beruntunglah
kalian semua dengan (pahala) Kurban itu.” (HR Tirmidzi).
Sejarah
Ibadah Kurban
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ
آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا
فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآخَرِ قَالَ
لَأَقْتُلَنَّكَ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ (27)
Ceritakanlah
kepada mereka kisah dua putra Adam (Habil dan Qabil) menurut yang
sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah
seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil).
Ia (Qabil) berkata, "Aku pasti membunuhmu!" Berkata Habil,
"Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang
bertakwa."
قُلْ إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي
وَمَحْيايَ وَمَماتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذلِكَ
أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
Katakanlah,
"Sesungguhnya salatku, ibadahku. hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah diperintahkan
kepadaku, dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada
Allah).”(Al-An'am: 162-163)